Kamis, 21 Juni 2012

MANUSIA DAN PENDERITAAN


MANUSIA DAN PENDERITAAN

Pada dasarnya, penderitaan adalah segala sesuatu yang menyakitkan dan mengganggu. Dalam rancangan Allah, penderitaan adalah sesuatu yang menuntut kita supaya berpikir. Penderitaan adalah alat yang dipakai Allah untuk membuat kita menjadi peka dan yang dipakai Allah untuk mencapai maksudNya dalam hidup kita yang tidak bisa terjadi selain lewat pencobaan dan lewat keadaan yang tidak menyenangkan.


Penderitaan bisa berbentuk sakit penyakit atau kehilangan seseorang yang Anda kasihi. Penderitaan bisa berbentuk kegagalan hidup atau kekecewaan dalam pekerjaan atau dalam studi dan sebagainya masih banyak lagi. Dan penderitaan pasti terjadi kepada siapa saja.

Mungkin kita sebagai warga Negara Indonesia banyak melihat saudara-saudara kita yang mengalami penderitaan, menderita karena berbagai hal, mulai dari ekonomi, penyakit maupun menderita akibat musibah. Saya contohkan pada beberapa tahun lalu Indonesia digemparkan dengan kejadian yang sangat luar biasa, tepatnya di tsunami Aceh dan beberapa Negara lain. Mulai dari anak kecil hingga tua di gulung oleh air yang begitu deras sampai membuat kota Aceh rata dengan tanah. Setelah kejadian itu banyak orang yang kehilangan rumah, harta, dan kehilangan saudara-saudaranya. Bagi mereka kejadian itu adalah kejadian yang sangat menyakitkan.

Kejadian yang di Aceh adalah sebagian contoh dari penderitaan yang menandakan bahwa penderitaan itu terjadi kepada siapa saja dan kapan saja. Dan penderitaan itu bukan berarti Tuhan ingin membuat manusia susah, akan tetapi penderitaan itu sebagai pemicu untuk kita memperbaiki kesalahan-kesalahan  yang pernah kita lakukan atau masih banyak lagi yang membawa kita ke hal yang positif.

Banyak hal yang mempengaruhi terjadinya Penderitaan  

·         Kita menderita karena kita hidup di dunia yang terkutuk dimana dosa        memerintah hati manusia.

·         Kita menderita karena kebodohan kita sendiri. Kita menuai apa yang kita tabur.

Tentu saja semua penyebab ini tidak terjadi secara sekaligus pada saat yang sama. Misalnya, tidak semua penderitaan terjadi karena kebodohan kita, karena diri kita, atau karena dosa. Akan tetapi, memang jarang penderitaan tidak membuat kita menjadi peka terhadap kebutuhan kita, terhadap kelemahan kita, dan terhadap sikap kita.

Pada hakekatnya penderitaan itu menyakitkan. Penderitaan itu keras; tidak pernah enteng. Apapun yang kita ketahui dan sekeras apapun kita menerapkan prinsip-prinsip yang kita percayai, penderitaan tetap menyakitkan. Menderitaan itu membingungkan, penderitaan bagaikan misteri. Kita bisa saja mengetahui alasan-alasan teologis mengapa ada penderitaan, akan tetapi, kalau itu terjadi, selalu ada satu misteri didalamnya. Mengapa mesti menderita sekarang? Apa yang sedang Allah lakukan? Penderitaan dirancang untuk membangun iman kita kepada Yang Mahakuasa. Penderitaan adalah satu proses. Karena proses, maka memerlukan waktu. Hasil yang diharapkan Tuhan lewat pencobaan hidup memerlukan waktu dan juga kesabaran.

Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.

Penderitaan adalah satu pemurnian. Apapun alasannya, bahkan sekalipun jika bukan merupakan disiplin Allah atas keduniawian kita, penderitaan adalah satu pemurnian karena tidak satupun manusia yang bisa sempurna dalam hidup ini. Penderitaan menuntut kerjasama kita. Penderitaan menuntut tanggapan yang benar kalau kita ingin berhasil dalam mencapai maksud-maksud Allah. Semua orang menginginkan hasil, kepribadian, tetapi kita tidak menginginkan prosesnya, yaitu penderitaan. Penderitaan adalah keharusan untuk hasil yang baik.

Menghadapi Penderitaan

Sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan, sedikit pun kita tidak ada kuasa untuk menolak ketentuan Tuhan. Kalau Tuhan ingin kita sakit, walau bagaimana pun kita coba menjauhi penyakit, kita tetap akan jatuh sakit. Kalau Tuhan tidak mau kita jadi kaya, walau bagaimana pun kita mengusahakan kekayaan, ia tidak akan dimiliki juga. Dan memang usaha manusia itu tidak dapat menentukan hasil akhir atau tidak memberi bekas sedikitpun .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar