Jakarta
Bebas Macet
Tinggal dan besar di
Jakarta membuat saya cukup tahu perkembangan kota ini. Sebagai pusat bisnis dan
pemerintahan, membuat kota ini menarik banyak orang untuk datang dan mengadu
nasib di sini. Roda ekonomi berputar semakin cepat, uang mengalir dengan deras,
namun secara timpang perkembangan kota terjadi di sana sini.
Bagi para warga Jakarta
dan sekitarnya, lalu lintas Jakarta adalah momok bagi semua orang. Dan dari
kondisi yang buruk ini, pemerintah sudah memiliki beberapa rencana untuk
mengembangkan tranportasi massal. Namun menurut saya rencana ini banyak yang
kandas di tengah jalan, atau belum optimal berjalan. Proyek triple decker,
subway, waterway dan monorail adalah beberapa proyek infrastruktur tranportasi
yang gagal. Belum lagi proyek MRT yang sudah lama direncanakan tapi masih belum
ada progress yang positif. Dari semua rencana, baru bus rapid transit yang
sudah berjalan, atau kita menyebutnya dengan busway, atau transjakarta. Namun
transjakarta sendiri belum optimal karena jumlah armada yang lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah penumpang, lalu para pengendara yang menerobos jalur
busway membuat busway tidak 100% bebas macet, efeknya adalah tidak ada
pengaturan jadwal keberangkatan dan kedatangan bus dengan baik. Ada kalanya bus
tidak datang selama 10 menit lebih saat jam pulang kantor, tapi di sisi lain
satu halte dapat kedatangan 4 bus sekaligus, membuat kegiatan operasional yang
kurang efektif.
Lalu saya terpikir,
mengapa berpikir untuk membuat suatu moda baru namun mahalnya minta ampun,
ketimbang memperbaiki dulu yang sudah ada: BIS KOTA dan mikrolet. Menurut saya
dari sisi trayek dan jumlah armada, bis kota memiliki armada yang cukup banyak
dalam satu trayek, terutama bis tanggung seperti metro mini dan kopaja. Selain
itu mikrolet juga menjamur menyusuri jalan perumahan dan jalanan penyambung,
yang dapat menjadikannya pengumpan dari bis kota yang lebih besar. Dari sisi
trayek juga bis kota dan mikrolet sudah cukup mencakup daerah jakarta yang
cukup luas.
Menurut saya ada
beberapa hal mendasar yang patut diperbaiki untuk dapat meningkatkan kualitas
layanan bis kota, antara lain peremajaan armada, penggantian sistem setoran ke
sistem gaji, peningkatan sumber daya manusia dan penyeragaman dan penerapan
standar kualitas. Di sisi lain dibutuhkan pembangunan infrastruktur pendukung
antara lain halte, dan sistem pembayaran.
Usaha-usaha yang saya
usulkan di atas memang tidak mudah untuk dilaksanakan, terlebih karena banyaknya
pihak yang memiliki kepentingan masing-masing. Justru di sinilah regulator
harus menertibkan operator dengan tegas dan disiplin. Penerapan standar seperti
armada, sistem gaji dan sumber daya manusia yang harus dipenuhi operator,
perbaikan dan integrasi sistem pembayaran (dapat mempertahankan tarif flat atau
tarif sesuai jarak) sehingga dapat mempermudah cara pembayaran menggunakan
RFID/pay wave card.
Kedisiplinan menjadi
kunci dari perubahan. Jika peraturan dan standar diikuti dengan disiplin, maka kualitas
layanan bis kota menjadi lebih baik, sehingga bis kota dapat menawarkan
transportasi yang aman dan nyaman, serta dapat diandalkan. Saya percaya bahwa
para pengendara motor dan mobil akan berpindah ke bis kota jika bis kota dapat
menawarkan ketiga hal di atas: aman, nyaman, dan dapat diandalkan.
Sekali lagi, usaha ini
memang tidak mudah, tapi bukan berarti tidak mungkin. Siapa sih yang tidak
ingin kota Jakarta bisa bebas macet?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar