Senin, 31 Maret 2014

Jakarta Bebas Macet

Jakarta Bebas Macet

Tinggal dan besar di Jakarta membuat saya cukup tahu perkembangan kota ini. Sebagai pusat bisnis dan pemerintahan, membuat kota ini menarik banyak orang untuk datang dan mengadu nasib di sini. Roda ekonomi berputar semakin cepat, uang mengalir dengan deras, namun secara timpang perkembangan kota terjadi di sana sini.

Gedung perkantoran, apartemen dan pusat perbelanjaan yang membludak dari tahun ke tahun membuat pusat kota Jakarta semakin sesak. Di sisi lain perumahan juga semakin banyak di pinggi kota, membuat akses keluar masuk kota juga menjadi semakin sesak. Hal ini dikarenakan tidak diimbangi oleh pengembangan infrastruktur, terutama adalah transportasi massal. Tidak dapat diandalkan dan tidak nyaman adalah beberapa alasan mengapa warga Jakarta tidak mau menggunakan transportasi massal. Di sisi lain, kondisi transportasi massal telah menggeser gaya hidup kalangan menengah (yang proporsinya lumayan besar di kota Jakarta) untuk lebih memiliki kendaraan sendiri. Terutama setelah cicilan motor menjadi sangat mudah dan ringan, pekerja, mahasiswa dan pelajar di Jakarta lebih memilih membeli motor ketimbang menggunakan transportasi massal untuk mendukung kegiatan sehari-harinya.

Bagi para warga Jakarta dan sekitarnya, lalu lintas Jakarta adalah momok bagi semua orang. Dan dari kondisi yang buruk ini, pemerintah sudah memiliki beberapa rencana untuk mengembangkan tranportasi massal. Namun menurut saya rencana ini banyak yang kandas di tengah jalan, atau belum optimal berjalan. Proyek triple decker, subway, waterway dan monorail adalah beberapa proyek infrastruktur tranportasi yang gagal. Belum lagi proyek MRT yang sudah lama direncanakan tapi masih belum ada progress yang positif. Dari semua rencana, baru bus rapid transit yang sudah berjalan, atau kita menyebutnya dengan busway, atau transjakarta. Namun transjakarta sendiri belum optimal karena jumlah armada yang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penumpang, lalu para pengendara yang menerobos jalur busway membuat busway tidak 100% bebas macet, efeknya adalah tidak ada pengaturan jadwal keberangkatan dan kedatangan bus dengan baik. Ada kalanya bus tidak datang selama 10 menit lebih saat jam pulang kantor, tapi di sisi lain satu halte dapat kedatangan 4 bus sekaligus, membuat kegiatan operasional yang kurang efektif.

Lalu saya terpikir, mengapa berpikir untuk membuat suatu moda baru namun mahalnya minta ampun, ketimbang memperbaiki dulu yang sudah ada: BIS KOTA dan mikrolet. Menurut saya dari sisi trayek dan jumlah armada, bis kota memiliki armada yang cukup banyak dalam satu trayek, terutama bis tanggung seperti metro mini dan kopaja. Selain itu mikrolet juga menjamur menyusuri jalan perumahan dan jalanan penyambung, yang dapat menjadikannya pengumpan dari bis kota yang lebih besar. Dari sisi trayek juga bis kota dan mikrolet sudah cukup mencakup daerah jakarta yang cukup luas.

Menurut saya ada beberapa hal mendasar yang patut diperbaiki untuk dapat meningkatkan kualitas layanan bis kota, antara lain peremajaan armada, penggantian sistem setoran ke sistem gaji, peningkatan sumber daya manusia dan penyeragaman dan penerapan standar kualitas. Di sisi lain dibutuhkan pembangunan infrastruktur pendukung antara lain halte, dan sistem pembayaran.

Usaha-usaha yang saya usulkan di atas memang tidak mudah untuk dilaksanakan, terlebih karena banyaknya pihak yang memiliki kepentingan masing-masing. Justru di sinilah regulator harus menertibkan operator dengan tegas dan disiplin. Penerapan standar seperti armada, sistem gaji dan sumber daya manusia yang harus dipenuhi operator, perbaikan dan integrasi sistem pembayaran (dapat mempertahankan tarif flat atau tarif sesuai jarak) sehingga dapat mempermudah cara pembayaran menggunakan RFID/pay wave card.

Kedisiplinan menjadi kunci dari perubahan. Jika peraturan dan standar diikuti dengan disiplin, maka kualitas layanan bis kota menjadi lebih baik, sehingga bis kota dapat menawarkan transportasi yang aman dan nyaman, serta dapat diandalkan. Saya percaya bahwa para pengendara motor dan mobil akan berpindah ke bis kota jika bis kota dapat menawarkan ketiga hal di atas: aman, nyaman, dan dapat diandalkan.

Sekali lagi, usaha ini memang tidak mudah, tapi bukan berarti tidak mungkin. Siapa sih yang tidak ingin kota Jakarta bisa bebas macet?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar